Senin, 30 September 2013

Kalianget Sigemplong - Air Panas Berlatar Gunung dan Lembah



Waduh September hampir berakhir dan saya belum ngepos lagi..... Sebenarnya sih dulu dah ngetik-ngetik tentang pantai tapi nggak diterusin -____-;)

Karena akhir-akhir ini saya lagi seneng banget cari mata air panas, yang bahasa inggrisnya hot spring atau bahasa jepangnya Onsen, jadinya ya pos kali ini gak jauh-jauh dari itu hehe.

Prolog

Kalianget terletak di dusun Sigemplong, desa Pranten, Kecamatan Bawang, Kabupaten Batang, Jateng. Secara astronomis terletak pada  -7.183174°, 109.900357°. Nama Kalianget sendiri berarti sungai yang hangat, dan nama Kalianget banyak digunakan untuk penamaan mata air hangat, misalnya di Wonosobo, Wadaslintang, Jojogan (daerah sekitar Dieng), Wanayasa, dll (semua yang saya sebutkan itu belum pernah ada satupun yang saya datangi, paling cuma lewat depannya :p).

Kalianget Sigemplong

Get There

Untuk menuju ke Kalianget Sigemplong ini paling gampang lewat Dieng walau jalannya termasuk agak susah, namun tentunya lebih dekat daripada lewat Bawang. Dari arah Dieng ambil jalur ke arah Batur / Wanayasa / Kawah Candradimuka / dll, intinya ke arah barat dari pertigaan utama Dieng. Nanti bakalan lewat pertigaan ke Candi Arjuna lalu lewat pertigaan Gangsiran Aswatama, ambil lurus, lewati SPBU dan beberapa saat kemudian bakalan nemu perempatan yang ke kiri lewat jalur pipa inspeksi yang jalannya agak naik dan yang ke kanan yang agak turun, ambil jalan yang turun memasuki kampung (namanya Pawuhan). Ikuti jalan yang ada yang masih lumayan bagus belok kiri belok kanan dst, keluar kampung dan bakalan disambut jalan yang rusak dan menanjak.

Ikuti jalan terus, lewati "apanya" geodipa sampai pertigaan. Belok kanan lewati jalan cor-coran terus sampai pertigaan Siglagah. Ambil jalan yang di luar kampung dan bakalan ada jembatan. Di bawah jembatan ini (bukan bawah persis), sebenarnya ada air panasnya, tapi bukan ini yang dimaksud. Ikuti jalan cor-coran, lewati tempat sampah, turun nikung belok kiri belok kanan dst dan beberapa saat kemudian jalanan bakalan berubah menjadi jalan makadam yang uh banget :D (masih menurun). Nah di kanan jalan bakalan ada bangunan, nah disitulah lokasinya. Biar lebih yakin, di situ ada jembatan kecil, dan di sana tertulis Kalianget tapi dari arah sebaliknya baru jelas terbaca :p

Untuk retribusi sendiri, tentu saja tidak ada retribusi baik masuk ataupun parkir.

Oh iya, siapkan kendaraan yang kuat, jika kagak kuat bisa-bisa kagak kuat nanjak buat baliknya :p

Asal mBacot :D

Pemandian Kalianget Sigemplong ini terletak di lereng gunung Sipandu yang masih merupakan wilayah Dataran Tinggi Dieng dan terletak pada ketinggian sekitar 1800 meter di atas permukaan laut. Sebenarnya lokasi kolam air hangat ini tidak terlalu besar, hanya sekitar 2 meter x 5 meter, namun yang ke sini (kelihatannya) lumayan banyak, dibanding ukurannya. Tempatnya memang terletak di aliran sungai kecil (mungkin dekat mata airnya, karena saya juga gak nyusur sampai ke sumbernya) dan  teman saya malah menyebutnya mirip sekolah selokan.

Air di Kalianget warnanya bening, tidak tercium bau belerang, dan rasanya seperti air hangat -___-;), pada beberapa lokasi air hangat di beberapa tempat lain yang pernah saya kunjungi ada yang warnanya kuning, bau belerangnya super bau, dan ada pula yang rasanya asin (mungkin mineral yang terlarut banyak). Suhu airnya cukup hangat, tapi tidak sepanas di kolam terpanas di Banyu Anget Tirtohusodo, dan masih kalah dari air panas Gonoharjo-nya perhutani, tapi tentunya lebih panas daripada Candi Umbul yang suam-suam kuku dan lebih panas dikit daripada di pertirtaan Derekan (di mana pulak itu-itu tempat :P), pas saya mencelupkan kaki pertama kali langsung terasa panasnya, tapi seiring waktu berlalu tubuh pun beradaptasi dengan baik :D.

Pranten dan lembah kali Putih
Pengunjung Kalianget yang paling banyak tentunya adalah warga Sigemplong, dan tempat ini tidak hanya dimanfaatkan untuk mandi, tapi juga mencuci baju, motor, dll. Di tengah-tengah kolam ada batu yang cukup mulus, sepertinya tu batu buat gosok-gosok pakaian. Sayangnya tidak ada tempat sampah di sini, jadinya banyak sampah-sampah plastik di tempat ini hasil dari kegiatan penggunanya. Terlepas dari adanya sampah, pemandangan dari tempat ini cukup enak dilihat, terutama ke arah timur. Di sebelah kolam adalah ladang yang berteras-teras menurun dan terlihat Pranten di lereng sebelah yang terpisahkan oleh kali Putih, terlihat pula puncak menara pada gunung tertinggi di Dieng, Gunung Prau.

Menurut saya waktu terbaik berkunjung adalah waktu menjelang siang, karena lagi sepi-sepinya, tapi kalo pengen ramai ya pas sore hari, pas ibu-ibu sedang mandi plus mencuci :p yang setelahnya berganti dengan bapak-bapak :D. Untuk kamar ganti jangan tanya saya ya :p

Kalau sedang ke Dieng dan pengen atau suka ke pemandian alam terbuka, bisalah mencoba ke tempat ini.