Senin, 18 Februari 2013

Pantai Pagak - Pelelangan yang Terlupakan



Sebelum ini saya belum pernah mengulas mengenai pantai yang mempunyai pasir berwarna hitam karena menurut saya kebanyakan pantai dengan pasir setipe ini biasa saja, pantainya panjang, batas dengan pantai sebelahnya tidak begitu jelas, dan pasirnya mengandung biji besi. Terlepas dari itu semua, beberapa pantai pasir hitam kadang memiliki sesuatu yang menarik sehingga lebih unik disbanding pantai sejenis lainnya (sebenarnya yang pasir putih juga sama saja :p, tapi lebih enak dipandang mata). Pantai Pagak terletak di desa Pagak, Kecamatan Ngombol, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah atau pada koordinat 7.86444 S, 109.94333 E.

Untuk menuju ke pantai ini lumayan susah, jalannya sih gak begitu bagus tapi masih enak untuk dilewati, tapi tidak ada petunjuk yang jelas untuk menuju desa ini sehingga lumayan membingungkan. Paling gampang ya lewat jalan daendels sampai ke desa Wonosari, Pagak terletak di selatan Wonosari. Jalan di daerah ini masih berupa aspal rusak. Kalau sudah sampai Wonosari tinggal tanya-tanya saja karena daerahnya berupa persawahan jadi agak sulit membedakannya. Rute lain bisa lewat Jatimalang, dari pertigaan masjid tinggal ke arah timur saja sampai beberapa kilometer yang akan sampai ke Pagak.

Home Alone
Karena di pantai ini sudah dibangun tempat pelelangan ikan, dipikiran saya tempat ini bisa dilalui oleh mobil, sehingga jalannya ya lumayan lebar lah, tapi nyatanya untuk mencapai lokasi ini tidak bisa menggunakan mobil, dan mobil pun hanya bisa diparkir di daerah perkampungan setempat. Dari desa menuju ke pantai, kita akan melalui jembatan kayu yang menyeberangi rawa-rawa. Waktu ke sini tempat ini sedang digunakan untuk mancing oleh anak-anak desa. Seratus dua ratus meter kemudian sampailah di pantai yang ditandai dengan bangunan TPI. TPI di pantai ini sudah tidak beroperasi lagi karena satu dua alasan. Waktu membaca berita dari internet, di pantai ini terdapat makam tanpa nama tapi ya saya tidak terlalu memikirkan, hanya menebak-nebak saja di mana lokasinya.

Yang saya sukai dari pantai ini adalah pantai ini sepi, waktu ke sana hanya ada sekitar 5 orang dan itu pun lokasinya terpencar-pencar jauh, ada yang sedang memancing, mencari tanaman, dan lain-lain. Selain itu pantai ini juga gratis, tidak ada biaya parkir apalagi retribusi masuk. Dan yang paling saya sukai adalah pemandangannya cukup bagus menurut saya, dan saya merasa datang di waktu yang tepat. Hanya ada empat bangunan di pantai ini, namun tidak seperti di pantai lainnya, bangunan di sini malah menambah indah pemandangan pantai. Kalau masalah pemandangan pantai dan laut, saya rasa pemandangannya standar-standar saja, pasir kemudian diteruskan dengan laut. Tapi pemandangan di sini membangkitkan memori saya akan imajinasi tempat yang ingin saya kunjungi, yaitu suatu rumah (sendirian) yang berada di tengah padang rumput dan tidak jauh di sana terdapat laut. Namun dalam kasus di pantai ini tidak ada padang rumput, melainkan  sesuatu yang mirip lah.

Tempat Pelelangan Ikan
Tanaman yang mendominasi berupa Leguminoceae dan tanaman yang bunga(?)nya berduri mirip landak laut yang kalau kena kulit terasa ditusuk-tusuk jarum (entah namanya, tapi bukan pandan-pandanan). Karena persebarannya merata, tanaman tersebut membentuk kombinasi yang setidaknya membuat mirip padang rumput (dipas-pasin :p). Waktu ke sana, langit utara sudah terlihat mendung serta terlihat beberapa tempat sudah hujan dan angin terlihat membawa awan menuju ke selatan (anginnya ya gak kelihatan lah). Namun menurut saya pemandangannya jadi lebih ng… eksotik :p. Biasanya sih kalau ke pantai dan sudah terlihat tanda-tanda awan hitam bikin hati dan pikiran @#$%! dan bikin semuanya bubar saja, tapi waktu itu kok saya merasa agak senang ya (aneh banget). Kalau dibandingkan dengan pantai-pantai lain di Purworejo yang pernah saya kunjungi apalagi yang sudah dikelola seperti pantai Jatimalang (saya merasa kok nggak banget ya dengan pantai ini), pantai ini menurut saya lebih bagus dari pada pantai lain di sekitarnya.

Rabu, 06 Februari 2013

Gereja Ayam Borobudur, Cook-a-Doodle-Doo



Sebenarnya judul untuk pos kali ini agak kurang menarik menurut saya, sayangnya saya benar-benar gak tahu nama gereja ini sehingga gak bisa ngasih judul yang bener (Nanti kalau dah tahu saya ganti nih judul). Berawal dari baca-baca di forum dan tiba-tiba nemu judul “Giant Chicken Church” yang juga ada video dari bule yang ke sini, membuat saya ingin segera menyambanginya (maklum gak terlalu jauh daripada ke pantai). Pas dicari-cari lewat Google Earth, eh ternyata itu bangunan yang saya lihat (lewat peta) pas cari-cari Punthuk Setumbu, dan kukira awalnya itu adalah kandang ayam karena bentuknya yan memanjang, ternyata malah gereja ayam.

Giant Chicken
Lokasinya deket banget sama Punthuk Setumbu, sepertinya masih satu bukit malah, walau berada di sisi yang lain. Lokasi tepatnya berada pada 7°36'20.21"S 110°10'49.93"E di desa Karangrejo, Borobudur, Magelang. Untuk ke sini paling mudah ya dari Borobudur, terus ikuti jalan arah Salaman. Ketika sampai sekitar pertigaan yang mengarah ke Punthuk Setumbu, lihat di depan ada BTS di kanan jalan, nah jalan masuknya belok ke kiri pada jalan pertama yang ditemui setelah BTS itu. Ikuti jalan tanah tersebut sampai yang nantinya berubah jadi jalan cor-coran, pokoknya lihat aja ke depan nanti bakal kelihatan kepala ayamnya. Ikuti jalan sampai akhir cor-coran, sebaiknya kendaraan di parkir di sini saja karena selanjutnya jalan benar-benar menanjak dan lumayan jelek. Dari tempat itu ambil jalan ke kanan terus saja, nanti bakalan sampai di tempat ini. Untuk yang pakai mobil lebih baik parkir agak bawahan lagi biar lebih gampang mutarnya.

Ada apa sih di sini, ya cuma ada bangunan tua berbentuk ayam yang besar yang nggak terurus :p. Kalau dilihat-lihat, ni tempat deket banget sama puncak Suroloyo malah kelihatan tepat (dipas-pasin) di sebelah selatannya, tapi pas di Suroloyo kok saya gak lihat ni bangunan ya…. (maklum perhatian cuma terfokus buat cari Borobudur). Pemandangan dari tempat ini lumayan sih, bisa lihat puncak Suroloyo di selatan dan Gunung Sumbing di utara (sayangnya lagi mendung). Ni bangunan terdiri dari dua lantai, dengan pintu masuk berada di utara. Di lantai bawah ruangannya benar-benar gelap walau siang hari, isinya sih ruangan seperti kamar-kamar gitu (saya kurang tahu fungsinya). Tangga untuk ke atas ada di bagian belakang, tapi karena waktu itu tidak tahu ya masuk ke atasnya lewat lubang yang ada di belakang bangunan. Lantai atas ini berupa aula, sepertinya ini adalah aula gerejanya (church’s hall). Sebenarnya yang ingin saya lakukan di sini adalah naik ke bagian kepala ayamnya, ternyata gak ada jalan buat naik ke atas -_-;).

Bagian dalam lantai atas
Sayangngya tempat ini bener-bener tak terawat, banyak coretan, sampah, bahkan dah berlumpur. Lebih parahnya lagi ada tulisan yang mesum banget XD, katanya juga ni adalah tempat mesum. Awalnya saya gak terlalu percaya kalau ini gereja karena lambang di punggung ayamnya gak mirip salib, tapi malah lebih mirip tanda plus (lah panjangnya gak terlalu beda, dan stereotip saya mengenai gereja tu ada salibnya, bukan tanda plus :p), tapi setelah tanya orang sekitar ternyata tu tempat beneran gereja (gimana nih malah gak sekalian nanya nama dan sejarahnya -_-;). Kalau baca-baca di forum lagi nih, ni adalah gereja buat sekte-sekte tertentu, yah seperti isu bangunan gurita di Bandung itu lho.

**UPDATE**: Ternyata bangunan ini namanya "Banyak Angkrem". Walau namanya Banyak (Angsa), tapi kok bentuknya kayak ayam, walau bentuknya ayam, tapi katanya ini merpati putih (duh jadi bingung). Sebenarnya pas lihat di wikimapia ada yang kasih label "Hotel pondok bukit Rhema", tapi pas dulu di-searching, eh malah munculnya hotel yang beda. Tapi ternyata memang katanya ini terletak di bukit Rhema dan pas search pake "bukit Rhema" aja, muncul nih gambar bangunan (Duh kok gak dulu-dulu -___- ; ).