Senin, 14 Februari 2011

Air Terjun Srigethuk

Srigethuk, sepertinya merupakan nama yang aneh untuk nama sebuah air terjun, malahan nama tersebut lebih cocok digunakan nama manusia atau malah nama merk makanan (Gethuk). Air terjun ini terletak di desa Bleberan kecamatan Playen Kabupaten Gunungkidul. Air terjun ini terletak di tepi sungai Oyo, tapi ketika melihat di peta kok sepertinya tidak benar-benar di sungai Oyo ya? Mungkin di cabangnya. Dibandigkan dengan air terjun lain tentunya air terjun ini tidak terlalu istimewa. Bagaimana tidak, tingginya saja hanya sekitar 50 meter (walau sepertinya kalau dilihat sepertinya tidak setinggi itu) dibandingkan dengan air terjun lain yang sudah terkenal seperti Grojogan Sewu.


Untuk menuju air terjun ini cukup mudah dengan jalan yang agak rusak. Dari arah jalan raya Wonosari, kita tinggal menuju ke arah Paliyan, dan lewat jalan yang saya kurang hapal karena jarang lewat. Tapi ketika sudah hampir tiba di desanya, akan ada petunjuk jalannya. Jalan untuk menuju ke lokasi kurang begitu bagus. Nantinya akan ada petunjuk untuk belok yang akan melewati pos retribusi (tapi sepertinya jarang dijaga). Akan ada petunjuk yang mengarah ke goa Rancang Kencana dan ke lokasi air terjun. Jalan menuju lokasi air terjun berupa jalan berbatu yang cukup jauh. Sesampainya di jalan terakhir kondisinya sangat memprihatinkan karena berupa jalan lumpur.

Untuk menuju air terjun kita harus berjalan melalui sawah atau menggunakan perahu melalui sungai apabila debit airnya sedang tinggi. Jika melewati sawah, maka akan merasa kalau kita tidak berada di wilayah Gunungkidul karena kondisi sawahnya yang banyak airnya dan yang ditanam adalah padi. Kita berjalan di pematang sawah hingga nanti sampai ke tangga. Bila ke atas maka akan melihat pemandangan sungai dan tebing, tapi tidak terdengar suara air terjun dari sini. Terdapat tulisan "Hati-hati kalau mati!" di salah satu anak tangga (doh). Untuk menuju ke air terjun, maka harus ke bawah terlebih dahulu dan menyusuri tepi sungai. Tinggi tiap anak tangga berbeda-beda, pada bagian atas jaraknya masih cukup rendah, namun pada bagian bawah jaraknya kadang cukup jauh. Di sekitar jalan menuju ke bawah ini ada tulisan jawa namun sudah sulit untuk dibaca.

Bayangan pertama air terjun ini merupakan air terjun yang berada di sungai Oyo, tapi ternyata air terjun ini berada di tepi sungai Oyo. Dengan kata lain air terjunnya tidak berada di sungai utamanya. Di dekat air terjun akan ada tempat duduk yang melingkar dengan “meja” di tengahnya. Air terjunnya cukup kecil dan di bawahnya terdapat batu-batu yang cukup besar (tidak besar-besar amat) yang bisa digunakan untuk foto-foto. Yang cukup istimewa adalah terdapat batuan kapur yang berwarna putih di dekat aliran sungai yang terhubung dengan air terjun ini yang mirip di dalam goa. Bedanya dengan yang di dalam goa adalah tidak ada kotoran kelelawarnya :p. Batu-batu tersebut tidak licin ketika dinaiki, yang licin adalah yang berwarna hijau. Ganggang atau lumut yang menempel lebih terlihat daripada yang menempel di batu kali yang hitam-hitam.


Jika kelaparan setelah menikmati air terjun, di dekat tempat parkir terdapat tempat yang menjual makanan tapi tidak dijamin kalau nasinya selalu masih ada atau tidak. Di tempat tersebut juga terdapat pemancingan. Jalan keluar dari lokasi tersebut melalui jalan yang berbeda dengan jalan masuknya, dan jalannya lebih enak dan lebih dekat daripada jalan masuknya. Sepertinya petunjuk untuk masuk ke tempat ini agar pos retribusi yang ada cuma satu, sekalian dengan goa Rancang Kencana.

Air terjun di daerah karst, air terjun Srigethuk salah-satunya.

Selasa, 01 Februari 2011

Museum Gunungapi Merapi

Museum Gunung Api Merapi merupakan salah satu museum tentang vulkanologi pada umumnya dan gunung Merapi pada khususnya. Museum ini terletak di kecamatan Pakem, kabupaten Sleman, DIY. Untuk desanya sepertinya terletak di desa Hargobinangun. Untuk mencapai museum ini maka kita tinggal menuju ke arah Kaliurang dan setelah beberapa kilometer dari Pakem maka akan ada petunjuk untuk mengarah ke kiri dan selanjutnya tinggal mengikuti petunjuk yang ada. Museum ini buka setiap hari kecuali hari senin. Untuk jam bukanya saya kurang tahu.

Menurut saya, bentuk bangunan museum ini mirip dengan bentuk gunung Merapi yang dilihat dari arah selatan. Salah satu atapnya dibuat memuncak bagaikan puncak Merapi, sedangkan yang lainnya dibuat lebih datar mirip gunung Bibi. Gunung Bibi merupakan gunung yang berada di Merapi dan merupakan puncak Merapi ketika zaman dahulu kala.
Ketika melihat tulisan yang ada di luar museum, maka akan terlihat tulisan Museum Gunung Api Merapi ‘Merapi Jendela Bumi’. Maksud dari Jendela Bumi saya kurang tahu, mungkin penghubung perut bumi dengan udara luar / atmosphere. Biaya parkir untuk sepeda motor adalah Rp. 1500, sedangkan untuk mobil saya kurang tahu. Untuk memasuki museum, harga masuknya adalah Rp. 3000. Ketika mau masuk, saya menyembunyikan kamera saya, siapa tahu akan dipungut biaya tambahan untuk kamera seperti di tempat-tempat lainnya. Ternyata tidak ada tulisan tersebut di tempat tiket masuk. Karena merasa tidak masalah, saya jadi mengambil beberapa gambar dengan tenangnya. Namun ketika mau masuk museum terdapat tanda kamera yang dicoret, langsung saja saya sembunyikan kamera yang ada.

Bagian pertama museum adalah diorama besar gunung Merapi terutama dari arah selatan (lagian dari arah utara terdapat gunung Merbabu). Sebenarnya mau mengambil fotonya, namun teringat oleh tanda yang tadi, apalagi banyak penjaganya membuat saya urung melakukannya. Tempat di ruang pertama yang cukup tertutup adalah ketika mau melihat maket dari museum tersebut. Secara sembunyi-sembunyi saya mengambil gambar, eh ternyata di ruang sebelah ada yang mengambil foto secara terang-terangan bahkan memakai lampu flash.
Setelah dari ruang pertama, selanjutnya kita akan memasuki ruang Dunia Gunung Api. Pada ruang ini diperlihatkan mengenai teori pegeseran lempeng dari Pangaea dan seterusnya. Selain itu terdapat peta gunung-gunung aktif di dunia walaupun tidak komplit. Terdapat tombol untuk menyalakan LED yang menunjukkan lokasi gunung tersebut bila dipencet namun tidak semua lampu menyala ketika tombol tersebut dipencet. LED bakal mati beberapa detik kemudian secara otomatis. Selain itu juga terdapat peta gunung-gunung api di Indonesia yang dibedakan tipe gunungnya.

Selain hal-hal tersebut, di ruang ini terdapat Lingkungan magmatic gunung api, foto beberapa gunung api di Indonesia, sumber daya gunung api, berbagai hal mengenai gunung api (bentuk, tipe letusan, indeks letusan, dll), foto letusan, serta Lava beku dari Gunung api seperti batuan Andesit, Dasit, Basalt, dan lainnya dari gunung api di Indonesia. Karena tidak berkecimpung di dalam dunia “geo” maka saya kurang mengerti tentang batuan yang ada, seperti misalnya batuan andesit yang mirip dengan batu-batu yang sering saya lihat, entah itu memang sama atau tidak. Yang menarik adalah bom gunung api. Bom gunung api bukanlah bom yang kita tahu, tetapi merupakan batu yang bentuk luarnya mirip granat dan tentunya dengan ukuran yang besar.

Ruangan berikutnya adalah ruangan seputar gunung api Merapi. Tentunya ruangan ini bercerita mengenai gunung Merapi sendiri, seperti bentuk gunung dari masa ke masa, foto letusan, mitos, dan lainnya. Setelah itu terdapat ruangan yang membahas mengenai alat-alat yang digunakan pada pos pemantauan, seperti seismograf dll. Dampak dari letusan gunung berapi juga terdapat pada museum ini, seperti motor yang rusak parah, dan peralatan yang berkarat (tentu saja tidak ada bangkai). Ada juga foto mikroskopis dari sayatan tipis batuan (gimana ngiris batu sampai tipis :p). Di museum ini terdapat peta kawasan bencana yang mana saya juga menemukannya di internet sama persis.
Saya kira museum ini mempunyai dua lantai, tapi ternyata cuma satu lantai dan sepertinya koleksinya belum lengkap. Saat itu juga ada pameran foto letusan merapi 2010. Di situ terdapat foto-foto sebelum dan sesudah letusan. Selain itu juga ada TV yang rusak terkena terjangan awan panas Merapi. Bagian luar TV yang terbuat dari plastic sampai meleleh karena kepanasan. Kalau TV saja sampai begitu apalagi kulit manusia. Selain itu juga ada sepeda motor yang sudah karatan seperti yang terlihat di berita-berita. Juga terdapat buku tamu Mbah Marijan yang isinya berbagai kegiatan tamu, kebanyakan mereka cuma bermaksud berkunjung dan meminta doa, tetapi juga ada yang isinya mencari pesugihan (doh). Kalau mau cari nomor telepon artis juga ada kok.